Minggu, 17 Januari 2010

Hachiko tetap menunggu di depan stasiun





yaa, kira-kira 2 minggu lalu gw nonton Sherlock Holmes dan liat trailer tentang film baru judulnya jelas “Hachiko”, yang menarik ini kalo film itu “based on true story” yang sedikit disesuaikan dengan tema film yang diperankan oleh Richard Gere itu. Film ini dari kisah nyata yang terjadi di Jepang, kisang kesetiaan seekor anjing kepada majikannya, silakan dilokit dah.
Stasiun Kereta Api Shibuya termasuk yang terbesar di kota metropolitan Tokyo, Cuma Tokyo Central dan Shinjuku Station yang mengunggulinya. Keluar dari Stasiun Shibuya ada jalan yang bernama “Hachiko Crossing” dan ada sebuah taman dengan petung anjing berwarna hitam, ga begitu diketahui apakah Hachiko Crossing itu terminal bus, taman, atau tempat parkir. yang jelas letaknya tepat di Stasiun Shibuya. Hachiko adalah seekor anjing ras asli jepang namanya Hachi, Ko adalah endearment. Yaa kira-kira sama seperti tje pada Jantje atau Marietje.
Entah berapa puluh tahun lalu Hachiko hidup, kira-kira tahun 1982, anjing gelandangan itu kurus dan tidak terurus. Sampai seorang tua menaruh belas kasihan kepadanya dan merawatnya sampai sehat kembali. Sejak itu anjing yang diberi nama Hachi itu, selalu mengikuti majikannya kemana-mana. Sebagaimana kebiasaan orang jepang, yang tidak begitu kaya, majikan Hachiko tinggal di kampung dan harus jalan kaki setiap hari ke Stasiun Shibuya untuk naik kereta api ke tempat kerjanya. Sebelum masuk ke gedung stasiun, ia menyuruh Hachiko, yang mengantarnya, pulang ke rumah. Anjing itu pulang sendiri dan sebelum pukul 17.00 sudah menunggu di tempat akan keluarnya majikan dari depan stasiun kereta api. Begitu selama bertahun-tahun Hachiko melakukannya.
Suatu hari, majikannya meninggal dunia saat berada di tempat kerja. Tetapi nalurinya membawa Hachiko tetap pergi ke stasiun untuk menjemput majikannya yang tidak kunjung pulang. Dengan setianya setiap hari dia pergi ke Stasiun Shibuya dan kembali pulang dengan merintih sedih karena majikannya tidak datang. Stasiun semakin sepi. Hachiko masih menunggu di situ. Untuk menghangatkan badannya dia meringkuk di pojokan salah satu ruang tunggu. Sambil sesekali melompat menuju balkon setiap kali ada kereta datang, mengharap tuannya ada di antara para penumpang yang datang. Tapi selalu saja ia harus kecewa, karena majikannya tidak pernah datang. Bahkan hingga esoknya, dua hari kemudian , dan berhari-hari berikutnya dia tidak pernah datang. Namun Hachiko tetap menunggu dan menunggu di stasiun itu, mengharap tuannya kembali. Tubuhnya pun mulai menjadi kurus. Sampai orang-orang yang selalu beraktifitas di sekitar stasiun menaruh perhatian pada Hachiko, semakin banyak yang memperhatikan anjing itu, makin hari ia makin jadi pembicaraan sehari-hari. Namun, apa yang dapat mereka lakukan? Bagaimana keluarga majikannya memberitahu Hachiko bahwa majikannya telah meninggal? Berita ini sampai diulas di koran, dan semua yang membacanya menaruh sayang kepada anjing itu. Selama 9 tahun lebih, dia muncul di stasiun setiap harinya pada pukul 3 sore, saat dimana dia biasa menunggu kepulangan tuannya. Namun hari-hari itu adalah saat dirinya tersiksa karena tuannya tidak kunjung tiba. Dan di suatu pagi, seorang petugas kebersihan stasiun tergopoh-gopoh melapor kepada pegawai keamanan. Sejenak kemudian suasana menjadi ramai. Pegawai itu menemukan tubuh seekor anjing yang sudah kaku meringkuk di pojokan ruang tunggu. anjing itu sudah menjadi mayat. Hachiko sudah mati. Kesetiaannya kepada sang tuannya pun terbawa sampai mati. Hachiko tetap menunggu majikannya yang tidak kunjung datang dan tidak akan pernah datang sampai Hachiko meninggal. Semua orang yang menyayanginya mengumpulkan uang dan walikota menyediakan taman dekat stasiun, untuk memperingati namanya. Sebuah patung, yang dibuat oleh seorang pemahat secara sukarela, dibuat dari batu hitam, diletakkan pada suatu tonggak setinggi manusia. Supaya orang-orang yang berada di dekat situ dapat mendekatinya dan meraba kakinya, atau moncongnya.
Hachiko merupakan lambang kesetiaan bagi seekor anjing, tetapi juga sebagai teladan bagi manusia. Sampai sekarang Hachiko Crossing sering dijadikan tempat untuk membuat pertemuan, karena masyarakat disana berharap ada kesetiaan yang dicontohkan oleh Hachiko saat mereka harus menunggu maupun janji untuk datang. Akhirnya patung Hachiko pun dijadikan simbol kesetiaan yang tulus dan dibawa sampai mati.






ini gambar asli dari Hachiko