Rabu, 23 Desember 2009

Manifesto Komunis




Marxisme – Manifesto Komunis
Dalam bukunya Marx mengungkapkan bahwa konflik antar kelas atas (kaum Borjuis) dan kelas bawah (kaum Proletar) akan memuncak dalam sebuah revolusi yang akan menjungkirbalikan seluruh tatanan lama dan meletakkan dasar tatanan baru yang akan berkembang menurut hukum yang sama. Oleh karena itu, Manifesto Komunis (1848) menyatak bahwa “sejarah semua masyarakat sampai sekarang adalah sejarah perjuangan kelas”. Tekanan kompetisi memaksa para Kapitalis untuk terus mempertsajam eksploitasi buruh-buruh mereka. Justru dengan demikian, Kapitalisme menggali kuburannya sendiri. Kelas buruh semakin miskin dan sekaligus makin bertambah bayak, sedangkan kaum Kapitalis akan makin kaya dan surplus akan barang produksi dan membuat kaum Kapitalis tidak dapat menjual barang hasil produksinya. Saat itulah kaum buruh akan bangkit dan mengambil alih sistem, dengan demikian menciptakan masyarakat yang tanpa kelas, tanpa explotation i’homme par i’homme dan tanpa penindasan masyarakat komunis.

Dari Ajaran Marx ke Marxisme

Pada akhir abad lalu, hampir semua partai buruh Eropa mendasarkan diri pada Marxisme. Dalam proses ini ajaran Marx disederhanakan dan dibakukan menjadi beberapa pokok saja: paham bahwa sejarah dunia tidak dikendalikan oleh kehendak manusia, melainkan oleh tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif, bahwa Kapitalisme akan tumbang, bahwa revolusi sosialis tinggal menunggu matang kondisi-kondisinya. Ajaran Marx telah berkembang dan direduksi pada kepercayaan ekonomi perkembangan masyarakat: ia telah menjadi suatu ideologi “Marxisme” yang disakralkan sebagai “ideologi kelas pekerja”. Ideologi yang dipercayai dan dianut oleh oleh mayoritas Eropa di masa itu. Mencakup segala aspek baik sosial, ekonomi dan budaya, dan dilaksanakan secara konstan dan berkomitmen sesuai denga unsur-unsur yang dimiliki suatu paham agar dapat disebut sebagai Ideologi. Segala keragu-raguan atau revisi dianggap sebagai hal yang tabu. Marxisme telah menjadi monopoli gerakan komunis internasional setelah terjadinya Revolusi Oktober, ditandai dengan partai-partai Sosialis non-Komunis yang menjuhkan diri dari paham Marxisme.

Dualisme Marx
Keprihatinan Marx terhadap pemulihan manusia sebagai makhluk sosial dan natural, emansipasinya dari kekuatan-kekuatan anonim yang menjadikannya sebuah komoditi, kritik terhadap segala ideologi-ideologi yang menyembunyikan sekaligus melegitimasikan struktur-struktur kekuasaan yang eksploitatif. Daripada seorang Determinis dan Ekonomis, Marx lebih muncul sebagai seorang Humanis. Akibat dari pemikiran Marx yang semakin menarik perhatian filsafat dan ilmu-ilmu sosial di Barat, bagi generasi intelektual muda dan mahasiswa tahun 60-an Marx menyediakan pemikiran kritis untuk mengartikularisasikan perasaan tidak suka mereka terhadap kebudayaan “Kapitalisme tua” yang nampak meterialistik dan tanpa makna. Pada tahun 70-an pesona Marx di Barat mulai memudar. Marxisme baru tidak pernah berhasil memasuki kalangan buruh, ia tetap terbatas pada lingkungan akademik saja. Kapitalisme Barat memaksa Marxisme baru itu untuk mengalihkan kritik Marx yang pada hakekatnya bersifat sosiologis dan ekonomis menjadi kritk budaya dan moral yang mengeluhkan kekurang-manusiaan masyarakat Kapitalis.

Ramalan yang meleset
Bila kita mau mengevaluasi pikiran Marx, sebaiknya kita mulai dari fakta yang mencolok: bahwa ramalan tentang runtuhnya Kapitalisme meleset total. Ternyata tidak satupun dari negara-negara industri maju mengalami revolusi. Revolusi Sosialis nyatanya semua terjadi dalam negara-negara yang masih agraris dan semi-feodal. Konsep komunisme yang tadinya digadang-gadangkan dapat memimpin revolusi kaum buruh nyatanya mulai ditinggalkan oleh negara yang menganut sistem tersebut. Melesetnya ramalan ini merujuk pada sebuah titik lemah dalam seluruh pemikiran Marx. Analisa sosiologis-ekonomis Marx mengenai sebuah gejala, misalnya Kapitalisme, sering tepat bahkan cemerlang. Akan tetapi sesudahnya ia condong menarik kesimpulan-kesimpulan yang mutlak dan karena itu ideologis. Dengan tepat Marx menganalisa konflik kepentingan antara pemilik modal dan buruh, tetapi ia tidak memperhatikan bahwa ada juga kepentingan bersama. Ternyata berbeda dengan ramalan Marx, kaum buruh berhasil memaksakan perubahan-perubahan mendalam pada suatu struktur kekuasaan perekonomian Kapitalis, dengan akibat mereka makin terintegrasi di dalamnya dan menjadi unsur yang penting.

Yang tertinggal dari Marx
Marx menawarkan sebuah kerangka sederhana, di dalamnya segala kompleksitas dunia sekarang direduksikan pada beberapa alternatif yang sederhana. Teteapi, Marx bukan untuk dipercayai sepenuhnya, melainkan untuk digeluti. Justru kerena ia dijadikan acuan, kemiringan-kemiringan fundamental dalam pemikirannya perlu diekspos lebih mendalam dicabik agar lebih terbuka. Marx membuka mata ilmu-ilmu sosial bagi pentingnya pendekatan struktural dan pentingnya analisa kelas. Berkat Marx kita menjadi sadar bahwa bidang perekonomuan memang sangat berpengaruh pada struktur kekuasaan politik dan bahkan pada cara pandang masyarakat dalam mengahayati nilai-nilainya. Kritik ideologi mendapat dorongan yang paling penting.

nah, demikian postingan dari gw. salam.
nyombek.


oia, ini pic dari oom Marx yang sempet bikin heboh dunia barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar